SURAT AD DHUHA
Oleh : Heri Kosasih, M.Pd.
Sabtu, 21 Januari 2023
Surat Ad Dhuha adalah surat ke-93 dalam Al-Qur'an yang terdiri dari 11 ayat. Surat ini diturunkan di Kota Mekkah dan tergolong surat Makkiyah.
Basharat Ahmad mengatakan dalam Anwarul Qur'an, surat Ad Dhuha menaruh perhatian terhadap tersiarnya cahaya matahari Islam secara berangsung-angsur. Sehingga, surat ini dinamakan Ad Dhuha yang artinya 'terangnya waktu siang'.
Terjemahan
Surah ad Dhuha
- Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah),
- dan demi malam apabila telah sunyi,
- Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,
- dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.
- Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
- Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),
- dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk,
- dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
- Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
- Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).
- Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).
Disebutkan dalam Tafsir Al Azhar, Allah SWT
bersumpah atas dua ciptaan-Nya dalam surat Ad Dhuha ini, yakni waktu dhuha dan
waktu malam.
Artinya: "Demi waktu dhuha dan demi waktu malam apabila telah sunyi,"
(Ad Dhuha : 1-2).
Imam As-Suyuthi mengatakan dalam Asbabun Nuzul,
sebab turunnya ayat tersebut berkenaan dengan perkataan orang musyrik kepada Rasulullah
SAW yang kala itu beliau SAW tengah sakit dan tidak bisa melaksanakan sholat
malam. Hal ini merujuk pada sebuah riwayat Asy-Syaikhani dan lainnya.
Dari Jundub, ia berkata, "Nabi SAW mengeluh
sakit sehingga tidak bisa melaksanakan sholat malam selama satu atau dua malam.
Lantas datangnya seorang wanita dan berkata, 'Wahai Muhammad, aku lihat setanmu
telah meninggalkanmu.' Allah pun menurunkan firman-Nya, 'Demi waktu dhuha dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak
meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.' (Ad Dhuha:
1-3)."
Sementara itu, Said bin Manshur dan al-Firyabi
meriwayatkan dari Jundub, ia berkata, "Jibril
terlambat datang kepada Nabi SAW, sehingga orang-orang musyrikin berkata, 'Dia
telah meninggalkan Muhammad.'" Latas turunlah ayat tersebut.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Kisah
terlambatnya turun Jibril disebabkan anak anjing adalah populer. Hanya saja
jika ini menjadi sebab turunnya ayat maka merupakan suatu yang aneh, bahkan
asing dan ditolak berdasarkan keterangan yang shahih."
Selanjutnya pada surat Ad Dhuha ayat 4, seperti
dijelaskan dalam Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) RI, Allah SWT mengungkapkan
sesuatu yang melapangkan dada Nabi SAW dan menenteramkan jiwanya. Dijelaskan
bahwa keadaan dalam kehidupan Nabi SAW di hari-hari mendatang akan lebih baik
dibandingkan dengan hari-hari yang telah lalu.
Kebesarannya akan bertambah dan namanya akan
lebih dikenal. Allah akan selalu membimbingnya untuk mencapai kemuliaan dan
untuk menuju kepada kebesaran.
Janji Allah kepada Nabi Muhammad terus terbukti
karena sejak itu nama Nabi saw semakin terkenal, kedudukannya semakin bertambah
kuat, sehingga mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh para rasul
sebelumnya. Demikian penjelasan tafsir tersebut.
Pada ayat 5, Allah SWT menyampaikan berita
gembira kepada Rasulullah SAW bahwa Dia akan terus melimpahkan anugerah-Nya
kepada beliau, sehingga beliau menjadi senang dan bahagia. Di antara
pemberiannya itu adalah turunnya wahyu (Al-Qur'an) secara berangsur-angsur sebagai
petunjuk bagi Nabi SAW dan umatnya.
Kemudian, pada ayat 6, Allah SWT mengingatkan
nikmat yang pernah diterima Nabi Muhammad SAW dengan mengatakan, "Bukankah
engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung
jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentingan serta membimbingmu, tetapi
Aku telah menjaga, melindungi, dan membimbingmu serta menjauhkanmu dari
dosa-dosa perilaku orang-orang Jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau
memperoleh julukan manusia sempurna."
Selain itu, Dia juga mengingatkan keadaan Nabi
Muhammad SAW yang lainnya, seperti tidak mengerti tentang syariat dan tidak
mengetahui tentang Al-Qur'an, kemudian Allah memberikan petunjuk kepadanya. Hal
ini diterangkan dalam ayat 7.
Allah SWT juga menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah seorang yang miskin. Kemudian Dia memberinya harta benda berupa
keuntungan yang amat besar dari istrinya Khadijah, baik harta yang
diperdagangkan maupun yang digunakan untuk dakwah. Sebagaimana firman-Nya dalam
ayat 8.
Lalu, pada ayat 9, sesudah mengingatkan tentang
bermacam-macam nikmat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT
kemudian meminta Nabi-Nya agar mensyukuri nikmat-nikmat tersebut serta tidak
menghina anak-anak yatim dan mengambil haknya.
Selain itu, dalam ayat 10, Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar orang-orang yang meminta sesuatu
kepadanya jangan ditolak dengan kasar dan dibentak. Malah sebaliknya agar
diberi sesuatu atau ditolak secara halus.
Allah SWT mengakhiri surat Ad Dhuha ini dengan
menegaskan kembali kepada Nabi Muhammad SAW agar memperbanyak pemberiannya
kepada orang-orang fakir dan miskin serta mensyukuri, menyebut, dan mengingat
nikmat-Nya.
Jazakallah tim HATA dari LPPDSDM yang telah memberi kesempatan mengisi acara HATA minggu ke-2 ini
BalasHapus