GAJI DAN REZEKI
(Oleh Ustadz Ma'danil Iman, S.Pd.I., M.Pd.)
|
(Ustadz Ma'danil Iman) |
Kata gaji sudah tidak asing lagi bagi
kaum pegawai, karyawan dan sejenisnya. Mereka akan menunggu awal bulan dan
menanti-nanti datangnya waktu gajian. Tidak dapat dipungkiri bahwa mindset kaum
gajian akan selalu mendambakan gaji.
Sebagai muhasabah/introspeksi diri
perihal rezeki sering sekali diabaikan, baik bagi kaum pegawai atau pun kaum
wirausahawan. Bagi pegawai hanya gaji yang dinanti, adapun kaum
wirausahawan hanya omset yang dikejar.
Fakta di atas tidak semuanya salah karena
masing-masing membawa manfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup, namun perlu ada
yang diluruskan.
Tulisan sederhana ini akan membuka cara
pandang Anda tentang gaji dan rezeki. Sebelumnya mari disimak pernyataan yang
saling berlawanan di bawah ini:
- Gaji itu dibatasi, sedangkan rezeki tak
terbatas.
- Gaji itu dinanti keinginan, sedangkan
rezeki dinanti ketenangan.
- Gaji itu terduga, sedangkan rezeki tak
terduga.
- Gaji itu dari perusahaan, sedangkan rezeki dari Tuhan.
- Gaji itu belum tentu memuaskan, sedangkan
rezeki pasti mencukupkan.
- Tidak semua orang punya gaji, tapi semua
orang pasti punya rezeki, dan seterusnya.
Hati hati dengan pola pikir yang keliru, saat
seseorang hanya fokus terhadap gaji maka akan lelah, karena sebesar apapun gaji
belum tentu mencukupi. Mulailah fokus terhadap rezeki. Rezeki itu luas dan
melimpah, bahkan gajipun termasuk salah satu rezeki yang berbentuk uang.
Kesehatan itu rezeki, karena kondisi sehat maka akan
mendapatkan uang, ilmu itu rezeki karena dengan ilmu akan mendapatkan uang,
silaturahim itu rezeki karena dengan silarurahim akan mendatangkan uang. Jadi
apabila seseorang hanya fokus kepada gaji, saat gaji itu habis maka akan terasa
gundah gulana, ia lupa bahwa hari itu gaji boleh habis tapi ia tidak mampu
memanfaatkan kesehatannya untk berpikir mencari rezeki lain, ilmunya sempit dan
tidak dapat menghasilkan rezeki lain, hubungan silaturahimnya terputus tidak
dapat rezeki lain.
Mulailah fokus terhadap rezeki agar jiwa dan
raga mampu merespon peluang-peluang lain
yang ada di sekitar, dengan peluang itu akan mampu menghasilkan rezeki yang
berlimpah termasuk uang dan materi lainnya. Sebagai penegasan, perlu diketahui
bahwa Allah Swt. tidak menjanjikan gaji tapi menjamin rezeki untuk semua
makhlukNya. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur'an surat Hud ayat 6.
Artinya:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun
di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab
yang nyata (Lauh al-Mahfuzh)."
Firman Allah di atas sangat jelas bahwa
Allah mengatur dan memberikan rezeki untuk semua makhluk, tidak terlepas seekor
binatang melata yang tidak memiliki pikiran pun Allah jamin.
Lalu bagaimana dengan manusia yang Allah
anugerahkan akal untuk berpikir, lisan untuk berkomunikasi, tenaga untuk
berbuat, masih merasa galau terhadap jaminan Allah, semua itu dikarenakan
memiliki pikiran sempit bahwa yang mampu memenuhi kebutuhan adalah gaji dan
mengabaikan rezeki. Padahal sekalipun gaji habis, kalau pikiran manusia fokus
terhadap rezeki, maka Allah akan membuka pintu-pintu rezeki selain gaji dan itu
akan mampu mencukupi semua kebutuhan manusia.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar